-->

15 July 2013

Profesional

Bismillah,

Mendengar kata profesional saat ini mungkin sudah bukan hal yang asing lagi bagi kita manusia yang hidup di zaman serba tak menentu ini.
Apalagi bagi temen-temen yang sudah terjun ke dunia kerja, dari pelajar/mahasiswa menjadi pegawai atau karyawan. Profesional itu adalah mutlak harus dimiliki dan menjadi komitmen. Kenapa? Karena untuk menjadi pekerja yang berkualitas itu mustahil tanpa adanya sifat Profesional.
Nah kaitannya denga apa yang pernah dan masih saya alami, hingga detik ini. Statusku saat ini adalah karyawan sebuah perusahaan otomotif asal jepang, yang memproduksi mobil disel dan banyak berlalu lalang di daerah bekasi-cikarang (umumnya sebagai angkutan umum). tentunya dari pertama masuk tidak langsung jadi karyawan tetap, semua sudah maklum. Pasti harus karyawan kontrak dulu, dan kontrak kerja itupun berfariasi, berbeda beda tiap perusahaan, ada yang 12 bulan ad juga yang 11 bulan. Ditempatku ini pake yang 12 bulan.

Semua orang tahu, jaman sekarang susahnya banget-banget mencari pekerjaan, apalgi hanya bermodalkan ijazah STM (aku contohnya). Nah giliran udah dapet pekerjaan girangnya banget-banget. Iya lah, siap juga kan yang seneng jadi pengangguran. 
Awal masuk kerja pasti anak-anaknya rajin-rajin, taat aturan, dan lain sebagainya. Tapi setelah beberap bulan kerja biasanya mulai keliatan aslinya, pribadinya. Sangat terlihat dari cara dia berinteraksi dengan sesama karyawan, dengan rekan satu team, dan etika kerjanya.. Ada yang memang asli rajin dan ada yang parah jauh dari rajin, kalau bahasa betawinya ogah-ogahan. Katakanlah kontrak kerjanya 12 bulan (kontrak pertama), 3 bulan pertama masih rajin banget, soalnya masih anak baru. 3 bulan kedua nih mulai berkurang rajinnya dan mulai keliatan aslinya. 3 bulan ketiga sudah mulai blagu dan sok aneh aneh dan 3 bulan terakhir idah mulai males-malesan kerjanya, sering bolos, kerjanya dilama-lamain, nyepelein pekerjaaan dan masih banyak lagi.
Kondisi ini otomatis membuat temen-temen karyawan yang lain ribet, repot dan masih banyak lagi. Betapa pentingnya tenaga satu orang, kurang satu orang saja itu produksi sudah bermasalah (masalah waktu kebanyakan) apalagi ada orang (lengkap) tapi males-malesan. Ini malah jadi lebih repot..
Kadang aku juga heran ama anak-anak yang seperti itu, sebenernya apa si tujuan dia kerja? Jadi karyawan tetap? atau jadi apa?
Menjadi karyawan kontrak saja itu sebenernya sudah tidak layak, kenapa karena sikap tidak profesionalnya dia, yang rugi bukan cuma perusahaan, tapi rekan-rekan kerja nya pun ikut dirugikan secara langsung. Rugi waktu, rugi tenaga, dan rugi pahala juga ( kebanyakan ga ikhlas si bantuin ato gantiin pekerjaan orang macam ini).
Coba direnungkan, "Sebenernya siapa sih yang butuh? Pabrik apa aku? Sebenernya siapa si yang buat kerja di situ? Apa perusahaan yang meminta kita kerja disitu atau kita yang melamar kerja?" Kalau perusahaan yang minta bolehlah kaya gitu sebagai bentuk protes semisal gaji atau kesejahteraannya kurang sesuai dengan skill dan kontribusi yang kita kasih ke perusahaan, mungkin ini bisa jadi pertimbangan perusahaan. Tapi kakau kita yang melamar pekerjaan itu, apa hak kita untuk bermalas-malasan?? Tidak ada. di perjanjian kerja pasti tertulis jelas hak dan kewajiban kita. 
Alangkah piciknya cara berpikir orang-orang yang seperti itu..


0 comments:

Post a Comment